Sorong – Psikolog Yusdiranti Barus menyebut digital detox sebagai upaya penting mengurangi dampak negatif penggunaan gawai. Sebab, banyak gangguan emosi dan perilaku muncul akibat paparan gadget berlebihan di berbagai kelompok usia.
“Gawai atau biasa disebut adget kini menjadi bagian hidup sejak bangun hingga kembali tidur tanpa jeda. Jika dibiarkan, kebiasaan ini memicu gangguan kesehatan fisik dan mental dalam jangka panjang,” kata Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Papua Barat dan pemilik Biro Psikologi Bina Insan Papua, pada RRI Sorong, Kamis (17/7/2025).
Yusdiranti menjelaskan, digital detox dimulai dengan pembatasan waktu dan pemilihan konten yang lebih bijak. Sementara itu, ia menekankan, pentingnya peran orang tua dalam memberi contoh dan mengontrol penggunaan gadget anak-anak.
“Konten negatif berdampak pada penyimpangan perilaku jika dikonsumsi terus menerus. Anak butuh pengawasan dan dorongan untuk bisa melakukan self controlling sejak dini,” ucap Yusdiranti.
Disarankan, penggunaan gadget tidak mengganggu waktu penting seperti belajar, ibadah, dan istirahat. Kebiasaan digital sehat juga harus mencakup waktu berkualitas bersama keluarga tanpa layar.
“Anak di bawah tiga tahun sebaiknya tidak diberi gadget,” ucap Yusdiranti soal batasan usia penggunaan. Untuk usia 3–5 tahun, maksimal durasi pemakaian satu jam, bahkan lebih baik kurang dari itu.
Bagi anak usia 6–12 tahun, waktu penggunaan gadget sebaiknya dibatasi 1,5 jam secara bertahap. Sedangkan usia 12–18 tahun cukup dua jam per hari, dengan pendampingan serta kontrol konten.
Atas itu, ia menegaskan, pentingnya mencetak generasi sehat secara mental, tidak tergantung pada dunia digital. “Remaja harus pandai memilih konten, menjaga produktivitas, dan tahu kapan berhenti,” ujarnya.
Sumber : https://www.rri.co.id/